Tren Bersepeda Saat Pandemi, Yuk Tetap Patuh Protokol Kesehatan
Dewasa ini banyak sekali terlihat pesepeda berlalu lalang di jalanan kota baik itu di jalan protokol, jalan yang lebih kecil, atau komplek perguruan tinggi dan juga pemukiman penduduk.
Orang-orang beramai-ramai turun ke jalan dengan sepedanya, tua muda, laki-laki perempuan, anak-anak ataupun lansia. Sepeda yang digunakan pun juga bermacam-macam mulai dari sepeda lipat, sepeda balap, sepeda gunung, sepeda BMX dan lain-lain. Kegiatan bersepeda itupun tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, atau bahkan malam hari pun masih saja ada pesepeda yang melintas di jalan raya.
Tiba-tiba saja tren bersepeda kembali digandrungi masyarakat Indonesia di mana-mana, pada saat pandemi COVID-19 masih berlangsung di seluruh belahan dunia. Tren bersepeda yang pernah muncul di Indonesia pada 2011 dengan sepeda fixie yang jadi primadona, sekarang kembali lagi dengan banyaknya sepeda lipat atau seli di jalan-jalan perkotaan.
Situasi pandemi COVID-19 di mana banyak terjadi penularan virus di tempat publik, apalagi tingginya risiko transmisi virus SARS CoV 2 yang terjadi di transportasi umum massal membuat masyarakat menghindari moda tersebut. Sebagai gantinya, orang-orang memilih bersepeda sekaligus sebagai salah satu pilihan olahraga yang meminimalkan kontak fisik dengan orang lain seperti olahraga di pusat kebugaran atau olahraga permainan yang tidak bisa menghindari kontak layaknya sepakbola, futsal, atau bola basket.
Namun uniknya, kegandrungan masyarakat Indonesia akan sepeda di kala pandemi COVID-19 masih terjadi ini betul-betul luar biasa. Tak sedikit pemberitaan di berbagai media massa yang melaporkan bahwa penjualan sepeda meningkat drastis, bahkan orang Indonesia pun rela memborong sepeda mahal di luar negeri lalu dikirim ke Tanah Air.
Seiring meningkatnya minat bersepeda, tak jarang kita melihat banyaknya orang-orang yang berfoto bersama kawan-kawannya saat bersepeda. Atau bahkan penyelenggaraan acara-acara sepeda santai saat ini juga mulai bermunculan.
Kendati demikian, perlu diingat bahwa saat ini pandemi COVID-19 masih terjadi di seluruh dunia. Penularan virus SARS CoV 2 masih terjadi di masyarakat, dan bahkan angka konfirmasi positif COVID-19 kian meningkat di Indonesia.
Oleh karena itu yang harus diingat adalah tetap mematuhi protokol kesehatan dengan ketat sewaktu berolahraga sepeda. Karena ada pula anggapan di kalangan masyarakat yang menilai bersepeda adalah olahraga yang paling aman di masa pandemi COVID-19. Benarkah demikian?
Dokter spesialis kedokteran olahraga dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dr Michael Triangto, SpKO memberikan penjelasan bahwa bersepeda pun memiliki risiko terjadi penularan virus karena berada di luar rumah dan tidak menutup kemungkinan kontak dengan orang lain.
"Jika dikatakan paling aman tentunya harus mematuhi protokol kesehatan sebagai mana telah ditentukan oleh PDSKO yaitu saat bersepeda keluar rumah harus dalam keadaan sehat, bersepeda sendiri ataupun dengan keluarga serumah dan juga memilih daerah yang dilewati yang tergolong dalam zona hijau," kata Michael.
Sebaliknya bila bersepeda tanpa menggunakan masker secara benar, dilakukan bersama dengan orang yang tak dikenal, kelompok pesepeda tersebut berjumlah lebih dari lima orang dan tidak menjaga jarak dari satu pesepeda dengan pesepeda lain sejauh 20 meter atau lebih maka risiko untuk terinfeksi menjadi sangat besar. Bersepeda dalam berkelompok juga meningkatkan kemungkinan orang untuk mengayuh sepeda melampaui batas-batas kemampuan yang tentunya dapat mengganggu kesehatan tubuh.
Michael juga menjelaskan pentingnya memakai masker saat berolahraga, khususnya saat bersepeda. Lantaran pandemi COVID-19 masih berlangsung dan penularan masih terus terjadi, mau tidak mau kita harus melindungi diri dari virus kecil yang tak terlihat dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat salah satunya memakai masker.
Memang, memakai masker saat berolahraga terasa sangat tidak nyaman karena menjadi sesak dan sulit bernapas di mana saat berolahraga kita justru lebih banyak menghirup oksigen. Namun pemilihan masker yang tepat juga bisa membantu dalam mengatasi kondisi sesak saat berolahraga tersebut.
Michael menyarankan untuk berolahraga dengan mengenakan masker kain ataupun masker medis. Sebaliknya, masyarakat diimbau tidak menggunakan masker N95 saat berolahraga karena kerapatannya yang sangat tinggi dan akan lebih menyulitkan bernapas ketimbang masker bedah dan masker kain.
Selain itu, olahraga yang dilakukan juga haruslah dalam intensitas ringan hingga sedang. Jika tidak berolahraga, seseorang memiliki risiko terinfeksi virus yang cukup tinggi karena daya tahan tubuh yang menurun.
Sedangkan bagi orang yang berolahraga dalam intensitas ringan hingga sedang memiliki risiko paling rendah terinfeksi virus COVID-19. Sebaliknya apabila berolahraga terlalu berat malah akan meningkatkan risiko terinfeksi virus paling tinggi dan juga berisiko mengalami cedera maupun gangguan kesehatan lainnya.
Bersepeda adalah jenis olahraga yang ramah lingkungan, dapat meningkatkan kesehatan dan membantu mengatasi penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, kolesterol darah yang tinggi bahkan juga baik bagi yang memiliki gangguan jantung yang telah terkontrol. Namun karena situasi pandemi COVID-19 masih terjadi hingga saat ini, tetap selalu patuhi protokol kesehatan agar aman dalam bersepeda.
Sumber: Info BPJS Ed. 86