Cegah Serangan Jantung, Mulailah Dengan Gaya Hidup Sehat
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Ismoyo Sunu, usia penderita jantung saat ini cenderung semakin muda. Saat ini, terdapat pasien berusia 30 tahun sudah menjalani operasi bypass jantung, yaitu salah satu prosedur penanganan penyakit jantung koroner yang terjadi karena penyempitan dan penyumbatan pembuluh nadi koroner jantung. Adapula pasien berusia lebih muda, yaitu 25 tahun, akibat radang pada pembuluh darah jantung.
Selain genetik atau bawaan, penyakit jantung juga dipicu perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi minuman alkohol, kelebihan konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, tidak berolahraga, stress serta kurang istirahat. Gaya hidup yang tidak sehat ini menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, kegemukan atau obesitas. Semua itu merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke.
Penyakit jantung koroner adalah salah satu yang kerap disebut silent killer atau pembunuh diam-diam, karena tidak menunjukkan gejala khas. Sebagian dari penderitanya tidak mengetahui dirinya menderita penyakit jantung koroner. Saat terjadi serangan jantung, gejalanya hanya terasa ada beban dan nyeri di dada, pusing, cepat capek, dan tidak enak badan, sehingga banyak orang muda tertipu. Dikiranya flu biasa, padahal itu serangan jantung.
Dokter spesialis bedah jantung, Maizul Anwar, mengatakan, memangada kecenderungan penyakit jantung koroner terjadi padausia muda karena ketidaktahuan.
“Itu karena di usia muda orang merasa belum punya risiko jantung, sehingga menganggap medical chek up belum perlu. Padahal kegemukan atau obesitas, hipertensi, dan kolesterol tinggi memicu penyakit ini cepat datang,” katanya.
Sebagian penderita jantung koroner terlambat datang ke dokter. Bahkan sekitar 30% dari seluruh pasien tidak menyadari menderita penyakit jantung koroner dan serangan jantung sebelumnya. Dengan kata lain, banyak orang melewati serangan jantung di rumah tanpa menyadarinya. Ini juga yang menyebabkan sekitar 10 persen dari penderita jantung tidak sampai ke rumah sakit atau meninggal di rumah.
Namun, penyakit jantung koroner ini bisa dicegah. Bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah sakit jantung wajib melakukan pemeriksaan kesehatan teratur.
“Tujuan pemeriksaan kesehatan itu untuk melihat faktor risiko, apakah orangnya hiperkolesterol, hipertensi, obesitas atau punya keluarga yang pernah menderita jantung. Setelah mengetahui faktor risiko, kemudian dikendalikan,” kata Maizul.
Selain medikal cek up, mengenali tanda-tanda awal juga penting. Jangan abaikan bila muncul gejala seperti flu. Segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat pengobatan atau mengendalikan faktor risikonya.
Selain itu mulailah menerapkan pola hidup sehat, yaitu berhenti merokok, kurangi konsumsi garam, lemak, dan gula, perbanyak sayuran dan buah, diet sehat bila kegemukan, olah raga teratur, istrahat yang cukup serta kelola stres dengan baik.
“Jika memiliki riwayat keluarga yang pernah sakit jantung, sebaiknya gaya hidup tidak sehat mulai ditekan sejak dini. Jangan lupa cek kesehatan secara berkala,” kata Maizul.
Harus mendeteksi dan mengelola faktor risikonya sejak dini. Adapun empat faktor risiko yang tidak bisa dihindari, yaitu usia, kelamin, keturunan dan menopause. Makin tua usia risikonya pun lebih tinggi.
Perempuan 10 tahun lebih lambat menderita jantung koroner dibanding laki-laki. Makin awal menopause, merokok dan diabetes lebih mempercepat risiko jantung koroner pada perempuan.
Kardiolog Intervensional Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere, Jefffrey Wirianta, mengatakan, yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit jantung adalah mengontrol faktor risiko, seperti turunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, turunkan berat badan, dan kalau diabetes kontrol gula darah. Caranya dengan perbaiki pola hidup, misalnya olah raga teratur, perbanyak makanan banyak serat (sayuran dan buah), kurangi gula, garam dan lemak. Sebisa mungkin hindari junk food karena kandungan garam tinggi. Hindari alkohol dan stop merokok.
Perokok aktif baik perempuan maupun laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Sebab, bahan-bahan dalam rokok membuat kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL) di tubuh akan mengalami perubahan secara kimiawi, sehingga jauh lebih jahat. Kolesterol ini jauh lebih lengket dan gampang menempel pada pembuluh darah jantung.
“LDL yang sudah jelek berubah menjadi teroksidasi dengan daya lengket jauh berlipat dibanding saat tidak merokok. Pembuluh darah jantung makin sempit lalu jantung berhenti bekerja karena tidak mendapat suplai darah. Itulah mengapa berhenti merokok sangat dianjurkan untuk mencegah risiko jantung,” kata Jeffrey.
Merokok juga menyebabkan tekanan darah tinggi, di samping konsumsi garam berlebih. Karenanya selain berhenti merokok, kontrol tekanan darah sangat penting. Penelitian belakangan ini menunjukkan tekanan darah normal adalah 120 per 80 untuk semua usia. Kalau pun meningkat tidak boleh di atas 140 per 90. Sebab, secara perlahan tekanan darah ini menimbulkan kerusakan pada jantung, ginjal dan otak.
Sumber: Majalah Media Info BPJS Kesehatan